Peresmian miniatur Indonesia pertama di wilayah Eropa ini menjadi momentum penting dalam memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Polandia, sekaligus memperkuat kerja sama kebudayaan antar kedua negara.
Acara peresmian yang berlangsung meriah ini menandai berdirinya kompleks budaya Bali terbesar di Eropa, dengan kehadiran sejumlah pejabat tinggi dari Indonesia dan Polandia.
Lebih lanjut, acara tersebut berlangsung meriah. Tarian tradisional, jamuan makan malam, dan pertunjukan musik sasando oleh maestro Djitron Pah, membawa suasana Indonesia ke dalam benak dan hati para tamu Polandia yang hadir, termasuk menteri kebudayaan negara tuan rumah, sejumlah anggota parlemen, dan para pebisnis lokal. Gubernur Melki Laka Lena bahkan ikut menyanyikan lagu “Maumere” dan menari bersama delegasi lintas daerah dan negara.
Di balik megahnya acara lintas budaya ini, berdiri sosok visioner: Miroslaw Wawrowski, pemilik kawasan Dollina Charlotty dan Konsul Kehormatan RI di Warsawa. Sosok yang sejak lama jatuh cinta pada Indonesia, khususnya Bali, NTT, dan NTB.
Mengunakan dana pribadi, tanpa satu rupiah pun dari APBN atau APBD, Miroslaw membangun taman budaya ini, sekaligus menanggung semua biaya perjalanan rombongan Pemerintah Pusat, Pemda Bali, NTT, dan DKI untuk menghadiri pembukaan.
“Beliau tamu pertama saya saat di lantik jadi Gubernur NTT,” ujar Melki Laka Lena, mengenang pertemuan mereka yang berlangsung hangat di Rumah Jabatan Gubernur NTT di Kupang, sehari setelah pelantikannya.
Tidak berhenti di panggung kebudayaan, hubungan kedua negara terus dirajut lewat forum bisnis keesokan harinya. Delegasi Indonesia dan Polandia mendiskusikan potensi investasi dan kerja sama ekonomi, terutama di sektor pariwisata, energi terbarukan, dan produk lokal unggulan dari kawasan timur Indonesia.
Upaya membangun wajah Indonesia di Eropa bukan semata lewat diplomasi formal. Di Warsaw, diplomasi kebudayaan tampil sebagai kekuatan lembut yang mengikat: dari alunan sasando hingga aroma sate lilit, dari tawa Gubernur Bali dan NTT hingga langkah lincah penari muda dari Polandia yang meliuk mengikuti irama gamelan.
“Ini baru permulaan,” ujar Fadli Zon, Menteri Kebudayaan, sembari tersenyum.
Dan dari Warsaw, suara itu melintasi benua, Ayo Bangun NTT, Ayo Bangun Indonesia.
Ke depan, kawasan ini juga akan diperluas dengan menampilkan miniatur budaya dari wilayah lain di Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Barat, untuk menghadirkan keragaman budaya Nusantara yang lebih luas kepada masyarakat internasional.
"Rencana anjungan Nusa Tenggara Timur (NTT) bertema rumah adat Sumba, dengan tenun ikat dan sasando sebagai identitas kultural utama," kata Gubernur Melki.
Sebagai informasi, peresmian ini menandai tonggak penting dalam diplomasi dan promosi budaya Indonesia, serta membuka jalan bagi inisiatif bersama di bidang pendidikan seni, pertukaran pelaku budaya, dan pengembangan pariwisata berbasis budaya yang berkelanjutan antara Indonesia dan Polandia.
Turut hadir dalam acara ini Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, Gubernur Bali I Wayan Koster, Wakil Menteri Pariwisata dan Olahraga Polandia Piotr Borys, Wakil Menteri Dalam Negeri Polandia Czesław Mroczek, Ketua Grup Persahabatan Parlemen Polandia-Indonesia Krzysztof Gadowski, serta sejumlah anggota parlemen dan kepala daerah Polandia, dan tokoh budaya dari kedua negara.