KUPANG - Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (Sekjen PBB) untuk Isu Air Dunia, Retno Lestari Priansari Marsudi, dijamu makan malam oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena. Jamuan makan malam itu berlangsung di Rumah Jabatan (Rujab) Gubernur, Senin (14/7/2025) malam.
Retno Marsudi tiba di Rujab sekitar pukul 18.55 Wita. Gubernur Melki kemudian menyambut kedatangan Retno
Retno bersama jajarannya kemudian diajak ke ruang tengah rujab untuk mengikuti jamuan makam malam. Dalam jamuan makam malam ini, Gubernur ditemani oleh Wakil Gubernur Johni Asadoma, para Staf Ahli Gubernur, dan seluruh pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemprov NTT..
Jamuan makan malam itu, Gubernur Melki mengungkapkan rasa hormat atas kehadiran Retno Marsudi di Kupang. Disebutkan ini adalah momen berharga untuk NTT.
“Saya tahu waktu beliau sangat terbatas, bahkan beliau masih ada agenda Zoom dengan Amerika malam ini. Tapi saya pikir akan rugi sekali kalau beliau datang ke NTT tanpa sempat berbagi pemikiran dan pengalaman,” kata Gubernur Melki.
Ia berharap pertemuan ini menjadi awal dari kerja sama konkret untuk menjadikan NTT sebagai model dalam pengelolaan air yang berkelanjutan.
Meski begitu, terdapat banyak permasalahan berkaitan dengan air di NTT. Mulai dari krisis air bersih, air yang tercemar, juga akses air bersih yang terbatas.
Selain itu, Gubernur menyampaikan posisi strategis wilayah provinsi ini yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste dan Australia.
Sementara mantan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa saat ini dunia tengah menghadapi krisis air yang sangat serius. Seperempat penduduk dunia, katanya, mengalami kesulitan akses terhadap air bersih.
Bahkan, setiap hari lebih dari 1.000 anak di bawah usia lima tahun meninggal akibat diare yang disebabkan oleh buruknya sanitasi dan air minum yang tidak layak.
Retno pun menyerukan supaya menempatkan isu air di pucuk tertinggi agenda politik global dan bekerja sama untuk memastikan air menjadi manfaat bersama untuk semua.
"Air adalah nyawa,” kata dia, menegaskan.
“Air itu hidup. Dan kita sering lupa bahwa kita sedang menghadapi krisis global. Krisis yang bisa memicu konflik, migrasi, bahkan perang antarnegara,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa kehadirannya di NTT bukan hanya sebagai kunjungan biasa, tetapi untuk meninjau langsung potensi dan tantangan daerah, serta merancang strategi kolaboratif untuk menghadapi krisis air secara berkelanjutan.
Retno juga menyinggung kunjungannya ke Desa Camplong, sebuah wilayah tandus yang kini berhasil mengelola air secara inovatif dengan teknologi sederhana seperti lubang resapan.
Teknologi ini, katanya, memungkinkan warga menanam jagung dan sayuran meskipun dalam kondisi kekeringan ekstrem.
“Kami melihat bahwa perubahan besar bisa terjadi dari hal-hal kecil di desa. Dan inilah yang ingin kami bawa ke forum dunia, bahwa Indonesia termasuk NTT punya cerita yang bisa menginspirasi dunia,” ujar Retno.
Kedatangan ke NTT saat ini tengah mempersiapkan Konferensi Air Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akan digelar pada Desember 2026 nanti .
Ia juga menekankan pentingnya menceritakan pengalaman-pengalaman dari akar rumput ke forum global..
“Kita tidak harus menunggu proyek besar. Yang penting adalah solusi yang nyata bagi masyarakat. Dan itu harus lahir dari kerja sama pemerintah, komunitas, swasta, semua harus terlibat,” tegasnya.
Retno juga menegaskan bahwa meskipun saat ini ia membawa amanah global, dirinya tetap orang Indonesia yang ingin membantu pemerintah dan daerah, khususnya dalam mendorong program prioritas nasional seperti ketahanan pangan, air, dan energi.
Jamuan makan malam ini tidak sekadar seremoni. Di balik suasana santai, terselip harapan besar: agar NTT, dengan segala keterbatasan dan tantangannya, bisa menjadi pionir dalam pengelolaan air berkelanjutan di tingkat lokal, nasional, bahkan global.
Sebagaimana diungkapkan Gubernur Melki, “Kita ingin agar NTT bisa mengoptimalkan semua potensinya, dan bisa menjadi contoh bagaimana kerja sama lintas sektor dan lintas negara bisa membawa perubahan nyata.” tambah Melki.
Acara ditutup dengan makan malam bersama, yang bukan hanya tentang hidangan, tetapi tentang harapan dan langkah awal menuju masa depan yang lebih baik, dimulai dari air.