Tutup Rakor Program KPT Kosabangsa dan KKN Tematik Gentaskin, Melki: Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan


KUPANG - Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena menghadiri dan menutup Rapat Koordinasi Program Konsorsium Perguruan Tinggi (KPT) Kosabangsa dan KKN Tematik Gerakan NTT Tuntas Stunting dan Kemiskinan (Gentaskin) Tahun 2025, di Harper Kupang, Senin (14/7/2025).

Kegiatan tersebut ditandai dalam momentum penandatanganan Mou/Nota Kesepakatan Bersama antara LLDikti wil. XV dengan Pemerintah Daerah 3 kabupaten yakni Pemerintah Daerah Sumba Barat Daya, Manggarai Timur, dan Timor Tengah Selatan.

Ilmu Kampus Patut di Terapkan  ke Masyarakat

Menurutnya,, program ini merupakan langkah konkret dalam menjembatani riset kampus dan kebutuhan masyarakat desa, membuat ilmu menjadi lebih berakar pada keseharian, dan mendekatkan masyarakat dengan pendekatan ilmiah dari ruang-ruang kelas.

"Saya apresiasi langka konkret perguruan tinggi hadir tidak sekadar untuk mengajar dan meneliti, tetapi juga mengabdi dan mentransformasi masyarakat," jelas Melki.

Lebih lanjut, kehadiran mahasiswa dan dosen dalam program ini diharapkan membawa inovasi, teknologi tepat guna, dan penguatan kelembagaan lokal.

Mantan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI ini menegaskan posisi kampus sebagai mitra strategis dalam pembangunan nasional.

"Mahasiswa sebagai agen perubahan di desa. Mereka memiliki peran edukatif dan transformasional, khususnya dalam membangun kesadaran keluarga terhadap gizi, kesehatan, dan produktivitas ekonomi," ujar Gubernur Melki.

Lewat program strategis, pemerintah provinsi mendorong para sarjana perguruan tinggi menerapkan ilmunya untuk memberdayakan masyarakat di daerah.

"Saya selalu mendorong para sarjana di kampus-kampus di NTT untuk kembali ke kampung, dan memberdayakan desa masing-masing dengan ilmu yang dimiliki," tambahnya.

Isu Stunting dan Kemiskinan 

Stunting dan kemiskinan ekstrem, sebagai masalah kependudukan, merupakan agenda prioritas nasional dan provinsi, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, dan Inpres Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem. Di NTT, kedua isu tersebut merupakan tantangan besar.

Beberapa indikator yang masih menjadi tantangan, antara lain tingkat kemiskinan dengan angka 19,02%, kemiskinan ekstrem 2,82% (BPS, 2024), angka stunting sebesar 37,0% (SSGI 2024) dan rata-rata lama sekolah yang masih rendah yaitu 8,02 tahun (BPS, 2024) atau tidak tamat SMP.

Tantangan-tantangan tersebut, Gubernur NTT menekankan pentingnya terobosan dan kerja sama lintas-sektoral, juga pendekatan yang menyeluruh, seperti yang sedang kita upayakan pada hari ini.

Stunting menjadi isu yang perlu mendapat perhatian serius. Berdasarkan data SSGI Kemenkes tahun 2024, angka prevalensi stunting di NTT mencapai 37,0 persen, turun dari angka sebelumnya sebesar 37,9 persen (SKI 2023). Penurunan tersebut mesti terus dilanjutkan.

"Di mana ada stunting tinggi, di situ kemiskinan ekstrem juga terjadi. Ini dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa keberhasilan menurunkan angka stunting dan kemiskinan ekstrem tidak bisa hanya bergantung pada satu sektor. Kolaborasi yang melibatkan kampus, pemerintah, lembaga riset, BUMN, LSM, dan masyarakat luas menjadi kunci utama.

Meski begitu, salah satu program prioritas dalam Dasa Cita Gubernur dan Wakil Gubernur NTT adalah Posyandu Tangguh, Masyarakat Sehat dan Bebas Stunting, dengan menjadikan Posyandu sebagai pos komando pemberantasan stunting dan pusat layanan kesehatan dasar.

“Karena itu, salah satu prioritas dalam Dasa Cita kami adalah Posyandu Tangguh, Masyarakat Sehat dan Bebas Stunting. Posyandu harus menjadi pos komando kesehatan dasar di desa,” beber Gubernur.

Kolaborasi yang melibatkan kampus, pemerintah, lembaga riset, BUMN, LSM, dan masyarakat luas menjadi kunci utama dalam memberantaskan angka stunting dan kemiskinan ektrim.

"Ini menjadi tugas kita semua untuk bersinergi, terutama dengan berfokus pada keluarga yang memiliki anak stunting dan keluarga dengan kategori Berisiko Stunting," tandasnya.

Potensi Ekonomi NTT

Tak hanya bicara soal Stunting dan Kemiskinan, Gubernur Melki juga menyoroti pentingnya penguatan ekonomi lokal melalui program One Village One Product (OVOP).  Ia mendorong kampus dan pemda untuk ikut memetakan potensi desa dalam mengembangkan produk unggulan lokal.

"Bayangkan, hanya dari air mineral saja, kita bisa menyerap miliaran rupiah dari luar NTT setiap tahun. Padahal kita punya sumber daya untuk produksi sendiri. Maka ke depan, kita harus dorong satu desa satu produk. Bahkan lebih dari itu: one community, one product,” ujarnya penuh semangat.

Gubernur juga mengungkapkan bahwa Pemprov NTT tengah menyiapkan jaringan distribusi berbasis lokal bernama “NTT Mart”, yang akan menjadi etalase produk-produk asli NTT.

Penutup

Karena itu, kegiatan ini harus menjadi bagian dari rencana aksi daerah, maupun bagian dari rencana aksi forum koordinasi penurunan stunting/kemiskinan ekstrem di tingkat kabupaten/kota.

"Kami berkomitmen untuk mendorong integrasi kegiatan KPT Kosabangsa dan Gentaskin melalui berbagai program strategis yang bisa diintegrasikan dalam dokumen pembangunan daerah," lanjut dia.

Lanjut Melki,  Pemerintah Provinsi NTT berkomitmen dalam menjalin kolaborasi menyambut program ini menuju transformasi desa serta masyarakat sehat, mandiri dan produktif. Dan, semoga program ini, dengan sinergi yang kuat dan berkelanjutan, mampu mewujudkan NTT yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Berkelanjutan.

Posting Komentar

Komentar Anda .....

Lebih baru Lebih lama
papillonnews

نموذج الاتصال