Dialog Percepatan Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di NTT


KUPANG - Gubernur NTT membuka dialog kebangsaan dihadiri Menteri BKKBN, Wihaji secara virtual, kegiatan tersebut bertempat di aula Rujab Gubernur, pada Senin 27 Oktober 2025 malam. Dialog tersebut fokus membahas percepatan penurunan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem. 

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama pemerintah daerah NTT. 

Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena dalam sambutannya mengatakan program penurunan stunting dan penghapusan kemiskinan di NTT harus berdampak dan terukur serta menjadi tugas dan tanggung jawab dari seluruh pemangku kepentingan yang ada.

Menurutnya, kolaborasi gotong royong Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan di NTT. Merupakan program inovasi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan, seperti Kementerian/Lembaga di Tingkat Pusat, Pemerintah Provinsi NTT dan kabupaten/kota, Entitas Business, Lembaga Perguruan Tinggi, Tokoh Adat, Tokoh Agama dan masyarakat.

Ia menambahkan persoalan kemiskinan dan stunting berakar pada ketimpangan akses terhadap pangan bergizi, air bersih, pendidikan, dan layanan kesehatan, di wilayah pedesaan dan kepulauan.

Berdasarkan data BKKBN, jumlah Keluarga Risiko Stunting (KRS) di NTT menurun dari 431.247 keluarga pada 2022 menjadi 331.116 keluarga pada 2024. Namun tiga kabupaten masih mencatat angka tertinggi yakni Sumba Barat Daya, Timor Tengah Selatan, dan Manggarai Timur.

“Capaian ini hasil kerja keras para kader posyandu, penyuluh, tenaga kesehatan, dan seluruh unsur masyarakat. Tapi perjuangan belum selesai. Kita perlu bekerja lebih keras dan lebih terpadu di daerah-daerah yang masih tertinggal,” ucapnya.

Dengan pertemuan hari ini, kata dia, diharapkan kedepannya penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem di NTT bisa tertangani dengan baik.

Dia mengaku masalah stunting tersebut juga terjadi akibat adanya kemiskinan ekstrem, karena itu pertemuan yang menghadirkan akademisi, perguruan tinggi, diharapkan memberikan dampak yang positif bagi masalah stunting di NTT.

Lebih lanjut, Pemprov NTT tengah memperkuat sejumlah program prioritas, antara lain : Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) yang melibatkan Kader posyandu, PAUD, dan TPA secara holistik Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) yang mendorong peran aktif ayah dalam pengasuhan anak, dan; Lansia Berdaya (SIDAYA).

Sementara itu, Menteri BKKBN Wihaji menegaskan bahwa Posyandu adalah pintu masuk dalam mengentaskan stunting  pada anak balita di NTT.

“Posyandu memiliki peran penting melalui tim pendamping keluarga yang bertugas mengedukasi masyarakat, menyiapkan data yang baik, serta memfasilitasi pelayanan kesehatan,” jelasnya.

Wihaji menambahkan, program Presiden dan Wakil Presiden yakni Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya menyasar anak sekolah, tetapi juga akan difokuskan pada ibu hamil, menyusui, dan balita.

Wihaji menekankan pentingnya dukungan Pemerintah daerah agar seluruh intervensi berjalan baik, mulai dari kehidupan keluarga, pernikahan dini, penyediaan pangan bergizi bagi ibu dan anak, air bersih, pelayanan kesehatan, hingga sanitasi yang memadai.

Ia juga menegaskan bahwa kegiatan di NTT ini merupakan bagian dari koordinasi dan kolaborasi nasional untuk memastikan seluruh komitmen dan rencana aksi berjalan efektif.

“Dalam lima tahun ke depan, kita berharap kemiskinan ekstrem dapat dihapuskan. Pertemuan hari ini menjadi momentum untuk memastikan semua komitmen berjalan dan rencana aksi disepakati bersama.” pungkasnya.

Posting Komentar

Komentar Anda .....

Lebih baru Lebih lama
papillonnews

نموذج الاتصال